PERILAKU KONSUMEN MASYARAKAT INDONESIA DAN CONTOH PERMASALAHAN

01.43



Perilaku konsumen merupakan suatu proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.

Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.

Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :


1.      Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.

2.   Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatan menarik (tanpa perencanaan sebelumnnya).

3.   Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunnyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah satu indicator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.

4.   Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.

5.   Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.

6.   Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia

7.   Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.

8.   Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D,ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas.  Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.


9.   Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun  unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.

1     10.  Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter     konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.

PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN

Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu:
1.      Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
2.      Pendekatan nilai guna Ordinal

Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
·         Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
·         Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.

Kepuasan marginal (marginal utility). Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Pendekatan nilai guna ordinal

Pendekatan nilai guna Ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan – keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.
1.      Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.
2.      Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan ordinal
Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.


KONSEP ELASTISITAS
Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga. Elastisitas juga merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di  bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar  analisis ekonomi, seperti dalam  menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan  pajak, maupun distribusi kemakmuran.
Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of Demand) adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut koefisien elastisitas.
Elastisitas Silang (Cross Elasticity) menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga macam respons prubahan permintaan suatu barang.
1.      Elastisitas silang positif
Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan (barang substitutif).
2.      Elastisitas silang negatif
Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
3.      Elastisitas silang nol
Peningkatan harga barang A tidak akan mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.


Elastisitas pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer yang akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan tersebut diukur dengan apa yang di sebut elistisitas pendapatan

CONTOH KASUS
Sebagai contoh studi kasus, dalam diskusi kali ini saya akan mengangkat tema tentang IOS vs android sebagai acuan (contoh nyata) konsumenisme di masyarakat saat ini


Alasan mengapa saya mengangkat tema ini adalah karena melihat dari sisi melonjaknya permintaan terhadap sebuah alat komunikasi yang bersangkutan dengan persaingan pemasaran. Tidak dipungkiri memang kedua produk tersebut adalah produk yang sedang booming di masyarakat terutama  pada kalangan remaja. Terdapat beberapa perbandingan yang signifikan, mungkin baik di sisi aplikasi maupun sisi kelebihannya untuk membantu proses kegiatan berkomunikasi dengan orang di seluruh penjuru dunia.

Produk iPhone
Peminat ponsel Iphone memang sekarang sedang tinggi-tingginya. Produk asal Amerika (US) ini memang terbukti ampuh dalam merebut pasar dunia. Di Indonesia pun ponsel merek ini mampu membuat trend di kalangan masyarakat. Dari kalangan artis, pejabat, bahkan masyarakat biasa pun banyak menjadi pengguna ponsel iPhone. Tapi dari begitu populernya Iphone di mata masyarakat, apakah anda tahu kelebihan dan kekurangan ponsel Iphone? Untuk itu saya ingin menjelaskan apa sebenarnya kelebihan Iphone dan apa Kelemahannya. Agar kita tidak hanya mengikuti arus, namun biarlah kebutuhan menjadi pertimbangan dalam memutuskan apakah iPhone benar-benar menjadi kebutuhan dan solusi bagi anda.

Produk Android
Hadirnya ponsel android di Indonesia mampu menarik banyak minat masyarakat khususnya dikalangan remaja untuk berbondong-bondong mencoba produk baru ini. Karena banyaknya aplikasi di android yang menawarkan sesuatu yang berbeda di banding produk sebelumnya. Biasanya produk ini dipakai oleh kalangan gamers. Android membuat gebrakan baru dengan banyaknya versi dan penambahan aplikasi yang semakin canggih dan diminati. Produk ini diperkirakan bisa di sejajarkan dengan aplikas i yang terdapat di dalam produk Blackberry.

Perbandingan iPhone dan Android
1.      Untuk para gamer sejati
Tak dapat dipungkiri, ada banyak dari kita yang doyan sekali bermain game. Entah itu game mudah seperti Angry Birds atau yang membutuhkan perangkat berat seperti game-game RPG animasi. Bila Anda membeli smartphone untuk bermain game, Anda perlu mempertimbangkan daya tahan dari kedua platform tersebut. Dari segi ketersediaan game, App Store milik iOs masih mengungguli Play Store milik Android.
Ada banyak game papan atas seperti Walking Dead dan Infinity Blade yang awalnya hanya tersedia bagi pengguna iOs. Selain itu, App Store memiliki banyak game berkualitas yang tidak dipunyai oleh Android. Tentu saja, bila anda adalah seorang fanatik game, kemampuan untuk menjadi yang pertama men-download, adalah sebuah kepuasan tersendiri.
Memang pada akhirnya, game-game tersebut akan tersedia di Android namun para pengguna platform ini harus bersabar sambil gigit jari sementara pengguna iPhone dan iPad sudah bermain dengan seru.
Kemudahan berbagi data
Tak jarang kita mendengar para pengguna Android mengatakan bahwa iPhone adalah gadget yang sombong. Hal ini dikarenakan sulitnya berbagai file cross platform antara iOs ke Android. Bagi para pengguna iOs, tampaknya Apple tidak mengijinkan Anda mentransfer foto lewat Bluetooth ke ponsel platform Android. Inilah yang membuat iPhone terasa ekslusif. Lain halnya dengan Android. Banyaknya gadget yang ber-platform Android mempermudah pengiriman gambar, music, serta file-file lain via Bluetooth. Bahkan ada banyak file sharing apps yang bisa didownload lewat Play Store.
Memori eksternal
Bila Anda menggunakan iPhone, jangan harap untuk mengekspansi kapasitas memorinya. Anda diwajibkan memilih kapasitas memori saat Anda membelinya. Entah itu 8 GB, 16 GB atau 32 GB. Tentu saja, Anda harus benar-benar berpikir secara matang sebelum melakukan pembelian. Bisa jadi smartphone tersebut tidak mampu memuat aplikasi-aplikasi hasil unduhan Anda!
Lain halnya dengan Android, ada banyak pilihan kapasitas memori yang dapat dipilih dan diekspansi hingga 32 GB. Hal ini akan mempermudah para penggunanya dalam mengatur file-file yang ada.
Harga
Harga menjadi sebuah pertimbangan penting saat membeli hape. Saat ini, menjamurnya gadget berbasis Android dapat mencakup semua kalangan. Mencari smartphone Android 1 jutaan sama mudahnya dengan mencari yang harganya 6 jutaan. Lain halnya dengan platform iOs. Harganya sudah ditentukan oleh Apple dan tidak banyak pilihan gadget yang tersedia karena iPhone maupun iPad memiliki seri yang urut dan setiap tahunnya hanya merilis satu hingga dua model anyar saja. Harga dari iPhone terbaru pun cukup fantastis dan pasti di atas 5 juta. Anda pun harus menunggu sampai seri barunya dirilis baru Anda dapat memperoleh seri lama dengan harga murah.
Kualitas aplikasi
Karena Android lebih memiliki development yang bebas, maka kualitas aplikasinya cenderung tidak terkontrol. Aplikasi yang jelek sekalipun dapat terdaftar di Play Store dan bila Anda kurang beruntung, Anda bisa merasa jengkel saat mengunduh sesuatu yang tidak sesuai harapan. Lain halnya dengan iOs – karena terbatasnya ruang gerak developer, maka hanya kualitas yang terbaik yang ada pada App store.
Ragam gadget
Saat ini, konsumen tidak ingin dibatasi dengan hanya satu atau dua pilihan saja. Oleh karena itulah, Android masih menjadi platform terfavorit di pasar gadget dunia. Hal ini dikarenakan lini Android tidak terpaku pada satu merk ponsel saja. Ada banyak pilihan gadget dengan berbagai desain yang dapat menarik minat kalangan lebih luas dibandingkan dengan produk Apple yang terbatas. Selain itu, handphone besutan Apple memang kurang kompatibel dengan sistem di luar iOs.

Cara  mencegah diri dari berperilaku konsumerisme:
1.      Ketika tanggal muda, alangkah baiknya kita membuat perencanaan keuangan terlebih dahulu dengan melist keperlua-keperluan bulan yang menjadi kebutuhan kita
2.      Prioritaskan kebutuhan yang paling utama
3.      Berpikirlah relistis dan rasional sebelum membeli barang
4.      Menahan diri untuk tidak membeli barang-barang yang diluar dari daftar belanja yang telah anda beli.

Kesimpulan
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.


You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images